Filsafat
dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut
bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian
lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering
pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat
mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan
hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Dalam membahas
filsafat akan banyak di jumpai berbagai aliran, yang mana saling ada
keterkaitan dan ada pula yang saling bertentangan, meskipun demikian semuanya
bukanlah untuk dipertentangkan justru dengan banyaknya aliran atau paham yang
sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas
dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Filsafat
dalam pendidikan terdiri dari dua aliran, yaitu filsafat idealisme dan filsafat
realisme. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang
mengagungkan jiwa sedangkan aliran realisme adalah aliran filsafat yang
memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan
penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi.
Dalam
artikel ini penulis akan membahas aliran filsafat realism yang memandang bahwa
suatu benda nyata yang ada di sekitar manusia dan lingkungan akan mempengaruhi
kecerdasan dan kepintaran seseorang, tak hanya benda-benda konkrit tapi juga
rohani akan sangat berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan
alam ini, bukan pada ide atau jiwa. Zat merupakan dasar segala benda, yang
disebut aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja. Zat
dan bentuk harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak dapat
dipisahkan. Menurutnya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita alami.
Pengertian Realisme Pada dasarnya
merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme
berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia
rohani. Realisme membagi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui
di satu pihak dan pihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang
dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Realisme merupakan aliran
filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Menurut realisme kemampuan dasar
dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh
pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya
yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal,
seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu
kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis
pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh
karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia
tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu,
pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis
pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam
pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik.
Materi atau bahan pelajaran yang
baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada
peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana
memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat
dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan
siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan
strategi mengajar yang bermanfaat.
Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian
manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung,
yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya untuk mengahayati
kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang wajar dalam
kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas
besar pertama dari pendidikan.
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme
adalah sebagai berikut:
a.
Tujuan: penyesuaian hidup dan
tanggung jawab sosial;.
b.
Kurikulum: komprehensif mencakup
semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis
c.
Metode: Belajar tergantung pada
pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan
psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang
digunakan.
d.
Peran peserta didik adalah menguasai
pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin, peraturan
yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan
untuk memperoleh hasil yang baik
e.
Peranan pendidik adalah menguasai
pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi
peserta didik.
Realisme
Dalam Pendidikan
a) Pendidikan
Sebagai Institusi Sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan
bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi
seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan
dasarnya.
Dalam bukunya Membangun Filsafat
Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia menekankan bahwa
masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan
membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu
lembaga atau institusi sosial.
Implikasinya : pendidikan adalah
kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi
semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan
pendidikan yang baik.
b) Siswa
Guru adalah pengelola KBM di dalam
kelas (classroom is teacher-centered), guru penentu materi pelajaran, guru
harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan
membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret untuk dialami siswa. Siswa
berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada
aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa
memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi.
c) Tujuan
Pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah
untuk “ penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab
sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa
dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan
hidup bahagia, dengan jalan memberikan pengetahuan esensial kepada siswa.
Pengetahuan tersebut akan memberikan keterampilan-keterampilan yang penting
untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia.
d) Proses
Pendidikan
1) Kurikulum
Kurikulum pendidikan sebaiknya
meliputi :
(1) Sains dan Matematika,
(2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan
sosial,
(3) Nilai-nilai.
Kurikulum
yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi
pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut
prinsip-prinsip psikologi belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh
guru/orang dewasa (society centered). Isi kurikulum harus berisi
pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan
alam, masyarakat, dan kebudayaannya.
2) Metode
Pendidikan
Pembiasaan
merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode mengajar yang
disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal,
menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi
hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru.
3) Evaluasi
Guru
harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan
memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat
pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru
memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.
Dari paparan diatas dapat
disimpulkan bahwa Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri
atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua
bagian, yang subjek yang
menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita
diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Bahan pendidikan yang esensial bagi
aliran realisme klasik adalah pengalaman manusia. Yang
esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman
manusia. Sedangkan Menurut
realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah pengetahuan yang diperolah
melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi, atau penginderaan.