Kamis, 27 November 2014

Realisme dalam Pendidikan

Filsafat dan filosof berasal dari kata Yunani “philosophia” dan “philosophos”. Menurut bentuk kata, seorang philosphos adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Sebagian lain mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran. Filsafat sering pula diartikan sebagai pandangan hidup. Dalam dunia pendidikan, filsafat mempunyai peranan yang sangat besar. Karena, filsafat yang merupakan pandangan hidup ikut menentukan arah dan tujuan proses pendidikan. Dalam membahas filsafat akan banyak di jumpai berbagai aliran, yang mana saling ada keterkaitan dan ada pula yang saling bertentangan, meskipun demikian semuanya bukanlah untuk dipertentangkan justru dengan banyaknya aliran atau paham yang sudah diperkenalkan oleh tokoh-tokoh filsafat, kita dapat memilih cara yang pas dengan persoalan yang sedang kita hadapi.
Filsafat dalam pendidikan terdiri dari dua aliran, yaitu filsafat idealisme dan filsafat realisme. Aliran idealisme merupakan suatu aliran ilmu filsafat yang mengagungkan jiwa sedangkan aliran realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi diluar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan mempergunakan intelegensi.
Dalam artikel ini penulis akan membahas aliran filsafat realism yang memandang bahwa suatu benda nyata yang ada di sekitar manusia dan lingkungan akan mempengaruhi kecerdasan dan kepintaran seseorang, tak hanya benda-benda konkrit tapi juga rohani akan sangat berpengaruh terhadap intelegensi seseorang. Menurut realisme hakikat kebenaran itu barada pada kenyataan alam ini, bukan pada ide atau jiwa. Zat merupakan dasar segala benda, yang disebut aristoteles asas potensial karena zat itu bisa menjadi apa saja. Zat dan bentuk harus dipisahkan. Akan tetapi dalam dunia ini keduanya tidak dapat dipisahkan. Menurutnya dunia bukanlah yang samar tetapi nyata dan kita alami.
Pengertian Realisme Pada dasarnya merupakan filsafat yang memandang realitas secara dualistis. Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi dua bagian yaitu subjek yang menyadari dan mengetahui di satu pihak dan pihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia, yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Realisme merupakan aliran filsafat yang memiliki beraneka ragam bentuk.
Menurut realisme kemampuan dasar dalam proses kependidikan yang dialami lebih ditentukan perkembangannya oleh pendidikan atau lingkungan sekitar, karena empiris (pengalaman) pada hakikatnya yang membentuk manusia. Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah, dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan proses pendidikan harus seragam. Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada pendidik bukan pada peserta didik.
 Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun, yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.

Pandangan realita terhadap tugas pengembangan kepribadian manusia adalah dipikul orang tua dan para guru pada tiap periode berlangsung, yaitu anak didik harus semakin bertambah kegiatan belajanya untuk mengahayati kehidupan dari kelompoknya serta mau menerima tanggung jawab yang wajar dalam kaitannya dengan kehidupan tersebut. Kaum realis menyatakan kebudayaan adalah tugas besar pertama dari pendidikan.  
Menurut Power (1982), implikasi filsafat pendidikan realisme adalah sebagai berikut:
a.       Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;.
b.      Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis
c.       Metode: Belajar tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung. Metodenya harus logis dan psikologis. Metode pontiditioning (Stimulua-Respon) adalah metode pokok yang digunakan.
d.      Peran peserta didik adalah menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik
e.       Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.

Realisme Dalam Pendidikan 
a)   Pendidikan Sebagai Institusi Sosial
John Amos Comenius di dalam bukunya Great Didactic, mengatakan bahwa manusia tidak diciptakan hanya kelahiran biologinya saja. Jika ia menjadi seorang manusia, budaya manusia harus memberi arah dan wujud kepada kemampuan dasarnya.
Dalam bukunya Membangun Filsafat Pendidikan, Harry Broudy secara eksplisit ia menekankan bahwa masyarakat mempunyai hak dengan mengabaikan keterlibatan pemerintah, yang akan membawa pendidikan formal di bawah wilayah hukumnya karena ini merupakan suatu lembaga atau institusi sosial.
Implikasinya : pendidikan adalah kebutuhan dasar dan hak yang mendasar bagi manusia dan kewajiban penting bagi semua masyarakat untuk memastikan bahwa semua anak-anak dilahirkan dengan pendidikan yang baik.
b)   Siswa
Guru adalah pengelola KBM di dalam kelas (classroom is teacher-centered), guru penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkret untuk dialami siswa. Siswa berperan untuk menguasai pengetahuan yang diandalkan, siswa harus taat pada aturan dan disiplin, sebab aturan yang baik sangat diperlukan untuk belajar. Siswa memperoleh disiplin melalui ganjaran dan prestasi.
c)   Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan realisme adalah untuk “ penyesuaian diri dalam hidup dan mampu melaksanakan tanggung jawab sosial.
Pendidikan bertujuan agar siswa dapat bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah, memperoleh keamanan dan hidup bahagia, dengan jalan memberikan pengetahuan esensial kepada siswa. Pengetahuan tersebut akan memberikan keterampilan-keterampilan yang penting untuk memperoleh keamanan dan hidup bahagia.
d)   Proses Pendidikan
1) Kurikulum
Kurikulum pendidikan sebaiknya meliputi :
(1) Sains dan Matematika,
(2) Ilmu-ilmu kemanusiaan dan sosial,
(3) Nilai-nilai.
      Kurikulum yang baik diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran (subject matter centered) yang diorganisasi menurut prinsip-prinsip psikologi belajar. Kurikulum direncanakan dan diorganisasi oleh guru/orang dewasa (society centered). Isi kurikulum harus berisi pengetahuan dan nilai-nilai esensial agar siswa dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan alam, masyarakat, dan kebudayaannya.
2)  Metode Pendidikan
      Pembiasaan merupakan metode utama bagi filsuf penganut behaviorisme Metode mengajar yang disarankan bersifat otoriter. Guru mewajibkan siswa untuk dapat menghafal, menjelaskan, dan membandingkan fakta-fakta, menginterprestasi hubungan-hubungan, dan mengambil kesimpulan makna-makna baru.
     3)  Evaluasi
        Guru harus menggunakan metode-metode objektif dengan mengevaluasi dan memberikan jenis tes yang memungkinkan untuk dpt mengukur secara tepat pemahaman siswa tentang materi-materi esensial. Untuk tujuan motivasi guru memberikan ganjaran terhadap siswa yang mencapai sukses.


            Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa Realisme berpendapat bahwa hakikat realitas adalah terdiri atas dunia fisik dan dunia rohani. Realisme membagi realitas menjadi dua bagian, yang subjek yang menyadari dan mengetahui disatu pihak dan dipihak lainnya adalah adanya realita diluar manusia yang dapat dijadikan sebagai objek pengetahuan manusia. Bahan pendidikan yang esensial bagi aliran realisme klasik adalah  pengalaman manusia. Yang esensial adalah apa yang merupakan penyatuan dan pengulangan dari pengalaman manusia. Sedangkan Menurut realisme ilmiah, pengetahuan yang shahih adalah pengetahuan yang diperolah melalui pengalaman empiris, dengan jalan observasi, atau penginderaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar