Rabu, 28 Januari 2015

PT Gama, Antara Kerusakan dan Kesejahteraan Warga Bayah

BERITABANTEN.CO, Bayah, Investasi adalah sesuatu alat untuk membangun, apalagi penanaman modal yang memang seharusnya menjadi kesejahteraan masyarakat sekitar industri tersebut. Terkait PT Semen Merah Putih yang bermitra dengan PT Gama masih menjadi pro kontra dengan masing-masing kepentingannya, sisi positif ada ekonomi masyarakat yang terbantu dan negatif jalanan infrastruktur menjadi rusak.

Investor pabrik semen yang akan membangun usaha di Kabupaten Lebak, Banten, disebut-sebut bakal menyerap ribuan karyawan atau tenaga kerja lokal, hal ini dikatakan Kepala Seksi Bidang Penanaman Modal Bappeda Kabupaten Lebak Agianto Ahmad Tahir beberapa waktu lalu.         Banyaknya tenaga kerja yang terserap dalam pabrik tersebut  dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.         "Selama dua tahun ke depan 2013-2014 diperkirakan lima pabrik semen akan beroperasi di Lebak," tegasnya.

Menurut dia, investor yang akan membangun pabrik semen tersebut bernilai investasi puluhan triliun rupiah berlokasi di Kecamatan Bayah dan Cilograng karena di daerah itu memiliki bahan-bahan tambang semen.

Produksi semen mulai beroperasi 2013, sebanyak dua pabrik antara lain investor perusahaan PT Gama Group dan PT Balindo. Sementara, tiga investor lainya akan membangun pabrik semen yang beroperasi pada akhir tahun 2014.
 
Pro kontra keberadaan PT Cemindo Gemilang Semen Merah Putih dan PT Gama  yang dimiliki oleh Martua Sitorus salah satu orang terkaya di Indonesia disikapi secara jernih untuk kemaslahatan warga.

Salah satu tokoh pemuda Bayah, Dadan menyebutkan kalau banyak hal yang psotif dan negatif."Positif karena perusahaan banyak memberi bantuan, namun negatifnya banyak jalanan rusak masih belum diperbaiki,"ucapnya saat dihubungi beritabanten.co, Senin 22 September 2014.

Kerusakan lingkungan menjadi isu yang hangat karena banyak kepentingan ekonomi untuk warga dan politis bagi pengambil kebijakan di Provinsi Banten. PT Gama diindikasikan kuat sudah melakukan pengrusakan lingkungan di wilayah Lebak bagian selatan. Jika pengrusakan lingkungan itu dibiarkan berlarut-larut, maka kerusakan alam akan semakin parah. Imbas dari pengrusakan lingkungan oleh PT Gama, bisa dirasakan warga Desa Damarsari, Kecamatan Bayah.

Pengelolaan dana CSR dari perusahaan untuk warga setempat juga seharusnya dikelola secara akuntable dan condong ke arah prioritas seperti jalan, pendidkan, kesehatan dan kesejahteraan warga Bayah."Jadi kita tak perlu ribut atau memikirkan kepentingan sendiri, yang jelas harus transparan dan jangan mau diadu domba oleh kepentingan-kepentingan yang bukan untuk warga,"kata Eka Suryana warga Bayah.

Dalam lima tahun kedepan sendiri Bayah akan menjadi kota satelit jika tol lingkar selatan terwujud dan terintegrasi dengan wilayah-wilayah kota baik Jawa Barat maupun Banten.

Source : http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://www.beritabanten.co/46926/pt-gama-antara-kerusakan-dan-kesejahteraan-warga-bayah

PT Gama di Bayah Dituding Abaikan Keselamatan Kerja

BAYAH, BANPOS – PT Gama yang memiliki sub rekanan PT Sinoma yang mengerjakan sub contruktion di PT Cemindo Gemilang (CG) itu dilaporkan sangat rawan terjadi kecelakaan kerja namun dituding selalu mengabaikan keselematan kerja karyawannya sebagaimana perjanjian kerja mengenai keselamatan dan kesehatan Kerja (K-3) yang sesuai aturan. Informasi yang didapat BANPOS, belum lama ini menyebutkan, selama Tahun 2014 lalu sudah belasan kejadian kecelakaan kerja yang tidak dilaporkan dan tidak terekspose.
Sebagaimana dikatakan warga Bayah, Jamaludin, kepada BANPOS, Rabu (21/1/2015), bahwa di PT Sinoma sebagai subrekanan PT Gama itu banyak kecelakaan kerja, karena di perusahaan itu tingkat keamanan dan kenyamanan kerja kurang diperhatikan. Dirinya sering banyak mendengar soal kasus kecelakaan yang menimbulkan luka serius dan juga meninggal dunia, tetapi itu kurang mengemuka.
”Saya banyak berhubungan dengan para pekerja pribumi yang kerja di Sinoma, di sana tidak sedikit yang mengeluhkan soal safety kerja, banyak yang luka parah dan juga meninggal dunia. Padahal menurut saya, Sinoma itu adalah kelas kontraktor internasional yang dipilih Gama karena company profilenya bagus,” katanya.
Sementara itu, salah seorang pekerja pribumi yang namanya minta tidak dikorankan kepada BANPOS, membenarkan soal banyaknya kejadian kecelakaan itu. Dia menjelaskan, banyak kejadian kecelakaan yang menimpa para pekerja tetapi jarang dilaporkan. Bahkan, ujar dia, pada Desember lalu ada dua kejadian, satu kejadian dua orang luka parah yang satu punggungnya dan satunya pinggangnya mengalami patah tertimpa besi beton, dan kejadian satu lagi sampai meninggal dunia.
“Itu semuanya semuanya menimpa warga China, Saya tahu persis kejadian itu, yaitu pada 12 Desember dan 20 Desember lalu, semuanya di lokasi PT Sinoma,” ujarnya seraya menyatakan, peristiwa itu kurang terekspos karena perusahaan mewajibkan para karyawan merahasiakannya.
Ketika dikonfirmasi BANPOS, Manager Support Construction PT Sinoma, Henry Chua, malah menganggap kecelakaan-kecelakaan kerja itu sebagai hal biasa yang tidak perlu dibesar-besarkan. Katanya, masalah kecelakaan dan keselamatan kerja di setiap proyek pasti selalu ada.
“Itu masalah musibah yang tidak perlu dipolitisir, kami juga bertanggungjawab mulai dari pertolongan hingga perawatan kesehatan,” kata Chua.
Chua juga mempersilakan BANPOS jika ingin mengekspose berbagai peristiwa itu.
“Silahkan saja tulis semaunya sesuai informasi dan temuan anda. Bagi saya ini bukan hal luar biasa,” ujarnya dalam hubungan telepon belum lama ini.(K-9/MOR)

Source : http://bantenpos.co/arsip/2015/01/pt-gama-dituding-abaikan-keselamatan-kerja/

Leumeung Malingping

Kalau dengar kata LEUMEUNG ( Lemang) jadi rindu Lemang Makanan Khas Malingping Banten Selatan  yang terkenal  kuliner LEUMEUNG (lemang) yang terdapat di Malingping, Lebak, Banten Selatan. Kuliner yang satu ini terbuat dari beras ketan berbumbu ditambah santan kelapa kental, kemudian dimasukkan kedalam bilah-bilah bambu yang kemudian dibakar diperapian hingga matang. Nikmatnya  leumeung ketika dimakan hangat-hangat, atau dimakan sesaat bilah bambunya baru dibelah. 


Biasanya dimakan dengan Telor asin, bila dibiarkan lama dibuka, akan menyebabkan leumeung mengeras, sehingga mengurangi selera makan. Leumeung Malingping biasanya ditambahi dengan kacang merah, sehingga perpaduan antara santan kental, beras ketan dan kacang merah, akan memberikan sensasi nikmat yang tersendiri.


Sebagai kuliner khas Malingping, tapi hati – hati kalau mau dibawa pulang harus dikemas / bungkus dengan baik karena jika tidak dikemas dengan baik, kita akan terkena areng yang melekat pada batang bamboo leumeung (bahasa sunda”mehong”). 

Source: http://www.mangyono.com/2013/07/lemang-makanan-khas-malingping-banten.html

Nulis #4

Dulu saya selalu mengikuti lomba-lomba. dari jaman SD saya ikut lomba catur -_-, lomba baris berbaris, lomba pramuka, terus pas SMP ikut lomba Karya Tulis Ilmiah, OSN Matematika, Lomba AGMI (asosiasi guru matematika Indonesia), lomba cepat tepat, lomba story telling. Pas SMA saya ikut lomba OIS Fisip UI bikin essay sama dua temen saya, terus niat lomba proposal(tapigajadi), lomba tanding silat, dll.
Dan kenapa dari sekian lomba yang saya ikuti, rasa-rasanya belum ada hasil yang maksimal. Lomba catur, ga dimaenin alasannya cewe -_-. oke ini lucu banget. Lomba PBB ga menang, lomba pramuka baru nih dapet juara 2. tapi kan reguuuu.. :(
Pas SMP alhamdulillah lomba karya tulis ilmiah dapet juara 2 se-Kab.Lebak. apresiasi banget deh sama yang ini. hahaha. OSN matematika nihil, paslombanya saya sakit, Lomba AGMI masuk semi final doang. wkwk Lomba cepat tepat juara 2, kan regu jugaa.. nah yg ini lomba story telling juara 1 seeeee..- wilbi. hahaha dilobain ke tingkat kabupaten gadapet :'(.
Masuk SMA, ikut lomba bikin essay, waktu itu essaynya tentang lingkungan, belum dapet juga, dan yang lainnya ga dapet. :'(
Kalo dibayangin, sedih juga. Kapan yaa saya bisa kaya yang lain yang kalo lomba itu selalu dapet, minimal juara 3 laah.. Kayanya seneng banget saat ikut lomba dan dapet juara.
Mungkin belum saatnya bagi saya buat memenangkan suatu lomba tertentu. Dan saya tidak akan menyerah, sampai mimpi saya buat jadi juara dalam suatu perlombaan dapat terwujud, entah itu lomba apapun.
Keep fighting!!

-Ana Samrotul-

Nulis #3

Anugerah terindah yang pernah kumiliki....

I like this song. Sheila on 7. Anugerah terindah yang pernah kumiliki.
Musik yang lumayan bikin hati hanyut sambil membayangkan orang tersayang. Dengan lirik yang menyentuh, makin membuat suasana hati terbawa terbang mengikuti bayangan sosok terkasih. Dan seraya bergumam..
Thanks Oh my Allah. You give me someone special who make my days feel beautiful.

-Ana-

You are You...

You are you who can be a success person with your ways
You are you who will laugh people who laughed you
You are you who can be a strong person and reach what do you want
Your are you who can change the world with your hand
You are you who can make your parents smile happily
You are you who can build a house for your parents
You are you who can realize everything what your dreaming

JB is brand in Lebak

Kalau kita melintasi jalan di Kab.Lebak, yang melalui Rangkasbitung-Cibadak-Cikulur-Cileles-Gunung Kencana-Cijaku-Malingping-Bayah. Jalanan tak akan lepas dari lalu lalang truk-truk besar yang bertuliskan JB di truk tersebut, baik di bagian kaca depannya, atau di bagian samping truk.
Ya, itu adalah truk-truk milik seorang mantan bupati Kab.Lebak, H. Mulyadi Jayabaya, atau sering dipanggil oleh masyarakat Lebak dengan sebutan JB (JayaBaya).
Saat masa pemerintahannya, dia membangun jalan-jalan di kab.Lebak supaya mulus dan tidak berlubang lagi. Tapi, setelah itu, truk-truknya juga lah yang merusak jalanan itu kembali ke keadaan semula. Begitulah seterusnya. Renovasi lagi, rusak lagi, renovasi lagi, rusak lagi.
Struktur jalan di Kab. Lebak yang berkelok-kelok dan sempit karena ketika kita pergi ke daerah selatan, kita akan melihat di sebelah kanan kita jurang, dan disebelah kiri kita tebing yang tinggi-tinggi.
Truk-truk itu merupakan milik JB, truk tersebut sering mengangkut hasil bumi dari daerah Bayah dan sekitarnya, seperti batubara, dan sejenisnya.Berapa massa truk tersebut yang sering melintasi jalan yang kekuatannya tak seberapa? Buat apa direnovasi, kalau akhirnya rusak dan tak bertahan lama?

JB is brand in Lebak,
Banyak sekali kontroversi masalah ini di kalangan masyarakat Lebak.
Semoga pembangunan di Kabupaten Lebak ini makin maju, Lebak yang sekarang dipimpin oleh Bupati wanita yang merupakan anak dari JB sendiri, Hj.Iti Oktavia Jayabaya.

-Ana Samrotul_

FILSAFAT MATEMATIKA

Filsafat matematika adalah cabang dari filsafat yang mengkaji anggapan-anggapan filsafat, dasar-dasar, dan dampak-dampak matematika. Tujuan dari filsafat matematika adalah untuk memberikan rekaman sifat dan metodologi matematika dan untuk memahami kedudukan matematika di dalam kehidupan manusia. Sifat logis dan terstruktur dari matematika itu sendiri membuat pengkajian ini meluas dan unik di antara mitra-mitra bahasan filsafat lainnya.
Salah satu tujuan dari filsafat adalah menemukan pemahaman dan tindakan yang sesuai. Filsafat erat kaitannya dengan ilmu, karena bagaimana pun, tujuan dipelajari ilmu adalah untuk dapat dipahami kemudian direalisasikan ke dalam kehidupan yang nyata. Tanpa pemahaman, ilmu tidak akan mungkin dapat dikuasai.

Matematika dan filsafat memiliki hubungan yang cukup erat, dibandingkan ilmu lainnya. Alasannya, filsafat merupakan pangkal untuk mempelajari ilmu dan matematika adalah ibu dari segala ilmu. Ada juga yang beranggapan bahwa filsafat dan matematika adalah ibu dari segala ilmu yang ada. Hubungan lainnya dari matematika dan filsafat karena kedua hal ini adalah apriori dan tidak eksperimentalis. Hasil dari keduanya tidak memerlukan bukti secara fisik.
Di Indonesia sendiri pengamalan filsafat dalam ilmu, khususnya matematika, masih sangat amat jarang, bahkan tidak ada! Terlebih lagi setelah menjamurnya pusat bimbingan belajar yang mengajarkan rumus-rumus praktis tanpa menyodorkan dasar pemahaman yang cukup memadai. Akhirnya ilmu hanya dipandang sebagai sesuatu yang pragmatis.
Jadi, adik-adikku, mendengar kata Filsafat Matematika jangan panik dulu. Jangan berkerut dulu dahinya, ya! Filsafat Matematika ini sangat sederhana untuk kalian pelajari. Jauh dari kerumitan konsep-konsep matematika yang ada di sekolah dasar! Filsafat Matematika di sini dapat kalian artikan: mengerti dan memahami dengan mendalam! Seru, bukan?
Jika kalian tidak memahami latar belakang suatu teori atau konsep matematika, tentu kalian hanya menghafalkan rumus. Pernahkah kalian memahami makna rumus matematika? Inilah penyebab mengapa matematika itu susah kalian pahami konsepnya.
Contoh sederhananya:
Jika kita tahu bahwa konsep perkalian adalah penjumlahan berulang, mengapa kalian harus membedakan 1 x 3 dan 3 x 1 ? Bukankah hasilnya sama saja?
Dalam filsafat matematika, kita memahaminya dengan cara mengambil perumpamaan berikut:
Samakah makna JAM EMPAT dan EMPAT JAM?
Kata pembentuknya sama, yaitu kata JAM dan kata EMPAT. Tetapi maknanya pasti berbeda jika letaknya diubah. JAM EMPAT menyatakan “pukul” empat. Sedangkan EMPAT JAM bermakna  “waktu tempuh, durasi atau lamanya suatu proses”.
Makna ini sama dengan konsep perkalian pada soal 1 x 3 dan 3 x 1, masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut:
1 x 3 = 3
3 x 1 = 1 + 1 + 1
Maknanya berbeda meski hasilnya sama. Coba kalian terapkan pada kehidupan sehari-hari. Jika kalian diminta dokter meminum obat dengan dosis 1 x 3 maka maknanya adalah kalian harus meminum obat tersebut 1 kali saja sebanyak 3 tablet sekaligus!
Coba dosisnya diubah menjadi 3 x 1. Makna dosis obat tersebut adalah 1 tablet diminum pagi, 1 tablet diminum siang dan 1 tablet lagi diminum malam hari.
Dosis mana yang tepat? Wah, tentunya kalian harus tanya pada dokter dan tergantung dari penyakitnya apa, bukan?
Itulah pentingnya menelusuri rahasia di balik konsep matematika. Jadi, ayo tingkatkan prestasi pelajaran matematikamu dengan belajar Filsafat Matematika!
sumber : http://www.filsafatmatematika.com/

source : http://sholikhin61.blogspot.com/2012_10_01_archive.html

Jeruk-Jeruk Kehidupan

Saya tiba-tiba teringat dengan sebuah percakapan antara dua Ibu-Ibu di sebuah kendaraan umum beberapa tahun yang lalu.
Jadi, ceritanya waktu itu saya menaiki sebuah kendaraan umum di daerah Malingping menuju ke Rangkasbitung. Tiba-tiba naiklah seorang ibu-ibu sekitar berumur 35 tahunan, kita sebut saja Ibu A, tak lama naik juga seorang ibu-ibu yang sepertinya seumuran dengan ibu-ibu tadi, kita sebut saja Ibu B. Ibu B sepertinya baru pulang dari pasar Malingping, dia membawa banyak belanjaan ditangannya.
Saat kendaraan ini nge-time, Ibu B mengeluarkan salah satu kantong plastik yang berisi jeruk. Ibu itu menawarkan jeruknya kepada saya dan ibu A. Saya menolak, karena memang waktu itu saya sedang tidak ingin makan. Tapi Ibu B kemudian mengambil jeruk itu. Setelah mereka membuka jeruk masing-masing..
Ibu B : " Jeruknya bagus diluar doang, dalemnya mah ga enak ya Bu, hambar."
Ibu A : " Iya, bu. padahal pas dicobain di pedagangnya mah manis."
Ibu B : "Ya ga apa-apa lah bu, yang penting mah manusia ga kaya jeruk ini bu. Bagus di luar tapi dalamnya hambar."
Ibu A : "Aamiin"

Manusia memang tak ada yang baik sempurna, pasti ada saja kesalahannya.Tergantung kita bagaimana cara menghadapi sikap setiap orang. Setiap orang pasti memiliki masa 'salahnya'. So, jangan sampai kita men-judge seseorang hanya karena satu kesalahan, padahal sudah banyak kebaikan yang dia lakukan bahkan melebihi kesalahannya.


-Ana Samrotul-

Upin dan Ipin ?

Upin dan Ipin.
Siapa yang tidak mengenal tokoh kartun asal Negeri Jiran ini? Kartun yang setiap hari ditayangkan di televisi ini cukup memikat hati para penonton di Indonesia. Kartun yang menceritakan tentang kehidupan Upin dan Ipin yang merupakan anak kembar di kampung Durian Runtuh ini banyak sekali memberikan pesan-pesan moral bagi para penontonnya khususnya anak-anak. Dalam setiap ceritanya, Upin dan Ipin selalu memiliki pesan untuk bisa menjadi orang yang baik setiap harinya, dihadirkan dengan adegan yang lucu dan bisa membuat penonton tertawa yang membuat penonton tidak cepat bosan.
Cerita Upin dan Ipin juga menonjolkan kebudayaan Malaysia, sebuah kehidupan kampung yang sederhana, dan yang paling menonjol adalah masalah toleransi. Dalam tokoh-tokoh kartun ini, ada tokoh Mei-Mei yang merupakan anak keturunan Cina tapi dapat bersahabat baik dengan orang Malaysia asli, juga ada tokoh Jarjit yang keturunan India dan berbeda agama dengan teman-temannya yang lain. Tak ketinggalan ada juga tokoh Susanti yang merupakan anak asli Indonesia yang pindah ke kampung Durian Runtuh ini.
Sebuah negeri yang beberapa tahun ke belakang sering kita kecam akibat pengklaiman budaya Indonesia, ternyata bisa menciptakan sebuah hasil yang bisa orang Indonesia nikmati setiap harinya.

So??

-Ana Samrotul-

Seekor Nyamuk Bisa Menghidupkan Sebuah Keluarga

Seekor nyamuk bisa menghidupi sebuah keluarga.
Yaa, Tuhan menciptakan sesuatu bukan tanpa alasan, pasti ada hikmah yang terkandung dari suatu penciptaan makhluk. Selain untuk bertasbih menyembah Allah, seperti yang terkandung dalam Al-Quran. Allah pasti menyimpan sesuatu yang pasti berguna bagi kehidupan manusia.
Kita contohkan sebagai nyamuk.
Siapa yang tidak sebal ketika setiap kita tidur diganggu oleh nyamuk? Nyamuk sungguh mengganggu kenikmatan tidur kita. Dari situ, kita pasti memikirkan bagaimana cara memberantas nyamuk supaya tidak datang lagi saat kita tidur. Ada yang dengan menggunakan obat nyamuk bakar, obat nyamuk elektrik, lotion pengusir nyamuk sampai raket listrik pembunuh nyamuk.
Mari kita bayangkan, dari seekor nyamuk yang selalu mengganggu tidur kita setiap malam, banyak tercipta sesuatu-sesuatu yang mungkin tidak akan tercipta kalau nyamuk tidak ada. Manusia mulai memikirkan bagaimana cara mengusir nyamuk yang paling efektif, maka terciptalah barang-barang tersebut, dan pastinya pabrik-pabrik untuk memproduksinya juga sudah tersebar dimana-mana. Selanjutnya, siapa yang menjalankan pabrik-pabrik tersebut? Pastinya manusia. Pabrik-pabrik tersebut juga membutuhkan karyawan-karyawan untuk memproduksinya. Maka terjadilah suatu siklus perekonomian disitu.Dari yang tadinya seekor nyamuk, bisa menghidupkan sebuah keluarga.
Bukan hanya perihal nyamuk, ciptaan-ciptaan Allah yang lain pun pasti punya hikmah dibaliknya. Tinggal kita saja yang harus banyak memikirkan dan kemudian tak lupa untuk mensyukuri setiap yang Dia ciptakan.
Memang, Allah menciptakan sesuatu bukan tanpa alasan. Supaya kita bisa mengambil hikmah luarbiasa dari adanya suatu hasil penciptaan-Nya.
"Maka, nikmat Allah yang manakah yang kamu dustakan?"


-Ana Samrotul-

Sukses Versi Masing-Masing

Setiap orang punya versi suksesnya masing-masing. Jangan kira bahwa kunci sukses itu hanya dari bangku sekolahan. Semua orang berhak meraih kesuksesan dengan jalannya masing-masing. Jangan dikira juga bahwa orang bodoh tidak bisa sukses. Justru sudah banyak terjadi orang bodoh mempekerjakan orang pintar. So, sukses itu terbuka bagi siapa saja, yang perlu dilakukan sekarang adalah menyusun 'sukses' sesuai versi masing-masing dan mulai menjalaninya sampai terwujud.
Memang terkadang banyak sekali rintangan untuk meraihnya. Hal itu sangat wajar, karena setiap orang pasti punya ujian masing-masing. Hanya bagaimana kita mengalahkan dan melalui ujian tersebut. Yang terpenting adalah jangan sampai ada kata putus asa. Sukses itu tidak ada yang gratis. Setiap kali kita menyusun sukses sesuai versi masing-masing, jangan lupa untuk menyusun juga kemungkinan masalah yang akan menghadap dan mulai memikirkan solusi dari masalah tersebut apa.
Sebenarnya strategi untuk sukses itu nomor dua, karena yang pertama yaitu bagaimana cara kita untuk menghadapi setiap cobaan, rintangan dan ujian yang akan menghalangi jalan kita menuju sukses. Sehingga tidak pernah ada kata menyerah dan putus asa. Setelah semua terlewati, barulah kita susun strategi dari kesuksesan versi masing-masing. Sebenarnya tak perlu repot memikirkan bagaimana strateginya, karena dengan kita lulus ujian, pintu kesuksesan pasti terbuka lebar untuk kita.
You and I will be success!!!


-Ana Samrotul-

Kamis, 22 Januari 2015

Nulis #2

Ibu dan bapakku memang tidak memiliki akun-akun jejaring sosial. Bahkan tahu akan internetpun sekedar searching di google.com. Tapi bukan berarti aku tidak sayang sama mereka saat aku tidak pernah update mereka di jejaring sosial, saat aku tidak upload poto mereka di dunia maya. Aku mencintai mereka secara langsung, tak perlu perantara dunia maya, aku mengasih mereka full di dunia nyata, yang bisa kau cium tangannya, yang bisa aku sentuh wajahnya, bukan lewat layar gadget yang dua dimensi. yaa.. aku mencintai Ibu bapakku secara nyata.

Nulis #1

Perasaan saat ini benar-benar tidak karuan. Benar-benar gelap terhadap apa yang akan terjadi nanti, tak ada rencana, tak ada planning apapun. Rasanya seakan terperangkap tak bisa berbuat apa-apa dan tak bisa kemana-mana. Penyemangat terampuh saat ini cuma 'hati'. Hatiku... Ketika hati dan pikiran positifku bersatu, disitulah muncul motivasi terbesarku.
Sebenarnya, apa sih yang aku mau? Aku ingin sendiri, tak ada siapapun, kecuali keluargaku dan keluarganya.
Lelah, memang lelah. Pada akhirnya satu yang selalu aku gumamkan
"Jalani hidupmu, jangan dengarkan apa kata orang lain. Live your life with your ways. Abaikan orang yang mengganggu, hiraukan yang menghambat bahgiamu. jalani semua yang kau sukai. Jangan terpengaruh orang lain. Kamu yang jalani, kamu yang rasakan dan kamu yang akan bertanggung jawab. Orang lain tidak akan merasakan, orang lain hanya bisa bicara."

Semangat selalu. Live your llife with your ways. Ingat selalu 'guru matematika'. ingat selalu tujuan hidupku kelak. No matter what they're saying. You are you who can be a good person, with your ways. Hiraukan yang menghambarmu. Jadilah orang yang kuat dan sabar.

-Ana Samrotul-

Namanya Juga Suka


Namanya juga suka, mau bagaimanapun keadaannya pasti terlihat nilai lebihnya. Intinya rasa suka sering membuat mata hati jadi buta. Keburukannyapun akan menjadi suatu kelebihan dan tak akan peduli terhadap semua pendapat orang lain.

Namanya juga suka, apapun pasti dilakukan, meski harus berbohong pada diri sendiri dan mengorbankan segalanya.
ang sedang suka seperti apa???? Yaaa… seperti iini..!! kapanpun teringat, dimanapun terbayang dan segalanya ingin sama seperti orang yang disuka.

Ingin melupakan itu sama saja dengan menyiksa perasaan sendiri. Ingin menjauh susahnya seperti menyebrangi jurang yang lebar dan dalam.

Yaaahh… namanya juga suka. Walaupun tahu bahwa suka disitu kurang baik dan belum saatnya. Tapi, hati selalu saja mencari-cari alasan supaya suka disitu berkesan baik. Walau kadang alasan-alasannya tidak logis.

Namanya juga suka„ diabaikan sekeras apapun, tetap saja suka, bahkan makin membuat penasaran. Terus saja mengikuti perkembangan orang yang disuka. Mengamati, mentelaah sampai akar-akarnya.

Hati dan perasaan sebenarnya tahu bahwa hal ini buang waktu dan kurang ada gunanya. Tapi, sekali lagi… namanya juga suka. Selalu saja ada alasan-alasan konyol yang membuat semuanya berkesan baik tentang orang yang disuka..

Haah… namanya juga suka, mau saja menulis-nulis seperti ini.
Padahal kan lagi belajar…!!??


Anasamrotul

Analogi Kisah Sang Lebah

Berawal ketika mendengar lagu Sherina cilik yang berjudul Persahabatan. Aku jadi penasaran, dan iseng-iseng download semua lagu Sherina. Dari Sherina cilik sampai Sherina 'gede'. Aku download abis-abisan tuh lagu Sherina. Meskipun lagunya sebagian baru kukenal seketika. Tapi berutungnya, ada salah satu lagu ciliknya yang berjudul 'Kisah sang Lebah'.
Kenapa beruntung??
Sebenarnya lagunya biasa saja, tapi cukup asyik lah untuk anak kecil 7 sampai 9 tahunan (mungkin).
Ketika mendengar liriknya, untuk mereka (anak kecil) sepertinya akan terkesan biasa saja, seperti lagu anak-anak pada umumnya, apalagi untuk mengartikan lebih dalam lagi maksud dari lirik lagu tersebut. Mereka mungkin sekedar tahu saja makna kasarnya dari lirik lagu ini. Ya, menceritakan tentang seekor lebah.

Tapi, untuk ukuran dan pandangan aku (orang yang udah gede). Lirik dari lagu ini menyimpan makna yang sangat luar biasa, benar-benar menasihati kita dengan sebuah analogi yang hebat dan sederhana, yaitu dari seekor lebah.

Kita baca dulu deh lirik lagunya :
"Di bukit yang sunyi jauh dari keramaian
Terdengar dengung lebah memecah kesunyian
Terbang ke sana ke mari
Menukik berputar-putar
Hingga menemukan sebuah pohon yang besar

Sang lebah segera menyingsingkan lengan bajunya
Tuk membangun sebuah rumah tinggal untuknya
Dan berdoalah sebelum ia akan memulainya
Kiranya diberikan kemudahan baginya

'Telah ku kumpulkan ranting kering serta dedaunan
Kulumatkan semua bahan tuk jadi adonan
Hanya dengan ketekunan
Semua dapat ku atasi
Rumah susun segi enam cocok ku tinggali
Ku buat dan ku rawat ruang pelepas penat
Telah tercipta pula dapur yang sangat memikat
Kusiapkan madu super asli yang kaya manfaat
Tuk tamu istimewaku yang kan lewat.'
Ah.. beruang madu..?!"

Begitulah liriknya,
Setelah membaca, ada yang kagum dengan lirik tersebut??

Menurutku, liriknya memang sederhana, tapi makna dari lirik tersebut begitu dalam.
Walaupun peng-analogiannya dengan lebah. Tapi berkesan sederhana dan alamiah.

Intinya, Kita harus berusaha dengan keras, tekun dan pantang menyerah supaya dapat memperoleh kesuksesan. Seperti lebah yang terus terbang kesana kemari, menukik berputar-putar, hingga ia menemukan pohon yang cocok untuk dijadikan sarang.
Kemudian singsingkan lengan dan tentunya jangan lupa berdoa. Karena usaha tanpa doa, hasilnya sudah pasti nihil.
Rela berkorban. Ya.. untuk meraih kesuksesan, kita juga harus rela berkorban, berkorban tenaga, pikiran, materi dan waktu. Sampai tiba saatnya kesuksesan datang dan tentunya bisa bermanfaat bagi segalanya.
Seperti lebah yang dengan kerja kerasnya, akhirnya selesai membangun sarangnya yang bagus dan cocok untuknya dan menciptakan madu yang kaya manfaat untuk tamu istimewanya yang akan lewat nanti.

Lengkaplah sudah..
begitulah kehidupan yang sempurna menurutku..
Tujuan akhirnya yaitu bisa memberikan faidah luarbiasa bagi segala aspek kehidupan.

Terakhir...
Semoga kita bisa seperti lebah yang diceritakan lewat nada-nada Sherina cilik ini. Yang mungkin saja Sherina sendiri waktu menyanyikannya dulu tidak paham betul maksud terdalam yang bisa diungkap lewat lagu ini.

hehehehe.. ;)

-Ana Samrotul-

Apakah manusia berasal dari nenek moyang semacam lutung???

Waktu itu saya selesai membaca sebuah novel yabg pernah di-filmkan, dan film tersebut laris dipasaran bahkan sampai ke luar negeri. Sebuah novel karya Andrea Hirata yang berjudul Laskap Pelangi. Entah di halaman berapa, saya menemukan sebuah paragraf yang dijelaskan oleh toko Lintang dalam novel tersebut. Beginilah bunyinya :
"Apakah manusia berasal dari nenek moyang semacam lutung???

Persoalannya adalah apakah Anda seorang Religius, seorang Darwinian atau seorang Oportunis??
Pilihan sesungguhnya hanya antara Religius dan Darwinian, sebab yang tidak memilih adalah Oportunis! Yaitu mereka yang berubah-ubah sikapnya sesuai situasi mana yang menguntungkan mereka.

Lalu pilihan itu seharusnya menentukan perilaku dalam menghargai hidup ini. Jika anda seorang Darwinian, silahkan anda berperilaku seolah tak ada tuntutan akhirat. Karena bagi anda kitab suci yang memaktub bahwa manusia berasal dari Nabi Adam adalah dusta.

Tapi jika anda adalah seorang religius maka anda tahu bahwa teori evolusi itu palsu. Dan ketika anda tak kunjung mempersiapkan diri untuk dihisab nanti dalam kehidupan setelah mati, maka dalam hal ini anda tak lebih dari seorang sekuler oportunis yang akan dibakar di dasar neraka!"

*Laskarpelangi~

Silahkan pilih, mau jadi seseorang yang bagaimana hidup anda ??

-Ana-

Kabayan dan Si Abah Sakti -__-

Tar taraa taraaa... tereetttet treeett....
Inilah Kabayan dan Si Abah sakti..
Kabayan bosan sekali hidup pas-pasan, tak seperti yang lainnya, punya uang banyak dan harta banyak, dan terlebih lagi bisa mendapatkan gadis pujaan hatinya, Nyi Iteung..

"Kunaon kabayan..?? Nyebut-nyebut nami abdi??"
"Kin heula atuh Nyi Iteung, Kang Kabayan rek nyarita heula ka pemirsa di TV."
"Hah?? Abdi asup ka TV kang? Duh ari si akang, teu ngawartosan, abdi can dandan yeuh..."
"Geus ah, Nyi Iteung mah ngomong wae."

Kabayan sudah bekerja ini bekerja itu, cangkul sana cangkul sini, tetap saja tak ada perubahan.

"Ah si Kabayan mah, maculna oge teu bener, ujug-ujug geus istirahat deui we, kumaha rek berubahna."
"Ih ari si Juragan, ulah sok ngabocorkeun rahasia urang atuh, da era ka pemirsah di TV."
"haaah.. kumaha anjeun we Kabayan, cape uwing mah mikiranana.."

Sampai suatu hari, Kabayan mendapatkan sebuah kabar, bahwa ada seorang yang sakti mandra guna yang bisa membuat seseorang kaya raya dalam sekejap. Dialah Si Abah Sakti.

"Kabayan, ulah si abah sakti atuh. Da sieun ngadanguna oge, Si Abah kasep kitu."
"Ari si Abah. Abah teh dukun nu sakti atawa anggota boyben?? hoyong pisan disebut kasep."
"hehehe..."

"Abah Sakti, Kumaha carana? abdi hoyong kaya jeung bisa meunangkeun Nyi Iteung."
"Yeuh.. abah gaduh batu nu sakti teu aya tandinganana. Jeung kabayan mah ku abah gratisss.... tanpa dipungut biaya."
"Haaaa.... serius bah?? terus terus kumaha cara kerjana ieu batu bah??"
"Ku maneh, asupkeun ieu batu ka ember, pokonamah ieu batu sing tenggelam ku cai keringat anjeun.."
"Hah... kumaha carana bah?"
"Nya anjeun kudu gawe nu bener, ulah males, ulah ngeluh. Dijamin bakal sukses, Nyi Iteung jeung hartana bakal jadi milik anjeun."

"Kang Kabayan, kumaha atuh carita selanjutnya?"
"ah pemirsah jadi na mah abdi nurut ka si abah sakti.”
“Kitu wungkul?? Terus terus, nampung cai keringat na emberna kumaha?”
“Iih etamah rahasia kuring atuh, moal di tayangkeun na TV. Jadi intina mah, lamun pemirsah pengen kaya jeung sukses, kudu belajar nu rajin, bekerja nu keras, jeung berdoa nu bener. Oke pemirsa??”
“haahh.. okelah..”


Kang Kabayan, sebenerna mah, abdi nu bikin carita ieu, cape ngetikna, jadi endingna kitu we nya, ulah protes..!!!

Begitulah, sebuah keberhasilan tidak akan dicapai hanya dengan bersantai-santai. Semua butuh sebuah pengorbanan dan perjuangan. Usaha yang keras, berdoa yang rajin, dan tawakalkan hati kepada-Nya. Keberhasilan pasti kita raih..

-Ana S. I-

Sabtu, 03 Januari 2015

Demi Orang-Orang Rangkasbitung (Puisi karya W.S Rendra)

Tuan-tuan dan nyonya-nyonya,
Salam sejahtera!
Nama saya Multatuli
Datang dari masa lalu.
Dahulu abdi Kerajaan Belanda,
ditugaskan di Rangkasbitung,
ibukota Lebak saat itu.
Satu pengalaman penuh ujian.
Rakyat ditindas oleh bupadi mereka sendiri.
Petani hanya bisa berkeringat,
tidak bisa tertawa,
dan hak pribadi diperkosa.

Demi kepentingan penjajahan,
Kerajaan Belanda bersekutu dengan
kejahatan ini.
Sia-sia saya mencegahnya.
Kalah dan tidak berdaya.

Saya telah menyaksikan
bagaimana keadilan telah dikalahkan
oleh para penguasa
dengan gaya yang anggun
dan sikap yang gagah.
Tanpa ada ungkapan kekejaman
di wajah mereka.
Dengan bahasa yang rapi
mereka keluarkan keputusan-keputusan
yang tidak adil terhadap rakyat.
Serta dengan budi bahasa yang halus
mereka saling membagi keuntungan
yang mereka dapat dari rakyat
yang kehilangan tanah dan ternaknya.
Ya, semuanya dilakukan
sebagai suatu kewajaran.

Dan bangsa kami di negeri Belanda
pada hari Minggu berpakaian rapi,
berdoa dengan tekun.
Sesudah itu bersantap bersama,
menghayati gaya peradaban tinggi,
bersama sanak keluarga,
menghindari perkataan kotor,
dan selalu berbicara
dalam tata bahasa yang patut,
sambil membanggakan keuntungan besar
di dalam perdagangan kopi,
sebagai hasil yang efisien
dari tanam paksa di tanah jajahan.
Dengan perasaan mulia dan bangga
kami berbicara
tentang suksesnya penaklukan dan penjajahan.
Ya, begitulah.
Kami selalu mencuci tangan sebelum makan
dan kami meletakkan serbet
di pangkuan kami.
Dengan kemuliaan yang sama pula
ketika kami memerintahkan para marsose
agar membantai orang-orang Maluku dan
orang-orang Java
yang mencoba mempertahankan
kedaulatan mereka!
Ya, kami adalah bangsa
yang tidak pernah lupa mencuci tangan.

Kita bisa menjadi sangat lelah
apabila merenungkan gambaran kemanusiaan
dewasa ini.
Orang Belanda dahulu
juga mempunyai keluh kesah yang sama
apabila berbicara tentang keadaan mereka
di zaman penjajahan oleh Spanyol.
Mereka memberi nama yang buruk
kepada Pangeran Alba yang sangat menindas.
Tetapi sekarang pakah mereka lebih baik
dari Pangeran yang jahat itu?

Tentu tidak hanya saya
yang merasa gelisah
terhadap dawat hitam
yang menodai iman kita.
Pikiran yang lurus menjadi bercela
karena tidak pernah bisa tuntas
dalam menangani keadilan.
Sementara waktu terus berjalan
dan terus memperlihatkan keluasan
keadaannya.
Kita tidak bisa seimbang
dalam menciptakan keluasan ruang
di dalam pemikiran kita.
Memang kita telah bisa berpikir
lebih canggih dan kompleks,
tetapi belum bisa lebih bebas
tanpa sekat-sekat
dibanding dengan keluasan waktu.
Bagaimana keadilan bisa ditangani
dengan pikiran yang selalu tersekat-sekat?
Ya, saya rasa kita memang lelah.
Tetapi kita tidak boleh berhenti di sini.

Bukankah keadaan keadilan di sini
belum lebih baik dari zaman penjajahan?
Dahulu rakyat Rangkasbitung
tidak mempunyai hak hukum
apabila mereka berhadapan kepentingan
dengan Adipati Lebak.
Sekarang
apakah rakyat kecil
sudah mempunyai hak hukum
apabila mereka berhadapan kepentingan
dengan Adipati-adipati masa kini?
Dahulu
Adipati Lebak bisa lolos dari hukum.
Sekarang
Adipati-adipati yang kejam dan serakah
apakah sudah bisa dituntut oleh hukum?
Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu
adalah kemerdekaan negara dan bangsa?
Negara anda sudah merdeka.
Tetapi apakah bangsa anda juga
sudah merdeka?
Apakah bangsa tanpa hak hukum
bisa disebut bangsa merdeka?

Para pemimpin negara-negara maju
bisa menitikkan air mata
apabila mereka berbicara tentang democratie
kepada para putranya.
Tetapi dari kolam renang
dengan sangat santai dan penuh kewajaran
mereka mengangkat telefoon
untuk memberikan dukungan
kepada para tiran dari negara lain
demi keuntungan-keuntungan materi bangsa
mereka sendiri.

Oh! Ya, Tuhan!
Saya mengatakan semua ini
sambil merasakan rasa lemas
yang menghinggapi seluruh tubuh saya.
Saya mencoba tetap bisa berdiri
meskipun rasanya
tulang-tulang sudah hilang dari tubuh saya.
Saya sedang melawan perasaan sia-sia.
Saya melihat
negara-negara maju memberikan
bantuan ekonomi.
Dan sebagai hasilnya
banyak rakyat dari dunia berkembang
kehilangan tanah mereka,
supaya orang kaya bisa main golf,
atau supaya ada bendungan
yang memberikan sumber tenaga listrik
bagi industri dengan modal asing.
Dan para rakyat yang malang itu, ya Tuhan,
mendapat ganti rugi
untuk setiap satu meter persegi dari tanahnya
dengan uang yang sama nilainya
dengan satu pak sigaret bikinan Amerika.

Barangkali kehadiran saya sekarang
mulai tidak mengenakkan suasana?
Keadaan ini dulu sudah saya alami.
Apakah orang seperti saya harus dilanda
oleh sejarah?
Tetapi ingat:
sementara sejarah selalu melahirkan
masalah ketidakadilan,
tetapi ia juga selalu melahirkan
orang seperti saya.
Menyadari hal ini
tidak lagi saya merasa sia-sia atau tidak sia-sia.

Tuan-tuan, para penguasa di dunia,
kita sama-sama memahami sejarah.
Senang atau tidak senang
ternyata tuan-tuan tidak bisa
meniadakan saya.
Nama saya Multatuli
saya bukan buku yang bisa dilarang
dan dibakar.
Juga bukan benteng yang bisa
dihancurleburkan.
Saya Multatuli:
sebagian dari nurani tuan-tuan sendiri.
Oleh karena itu
saya tidak bisa disamaratakan dengan tanah.

Tuan-tuan, para penguasa di dunia,
apabila ada keadaan yang celaka,
apakah perlu ditambah celaka lagi?
Pada intinya inilah pertanyaan sejarah
kepada anda semua.
Tuan-tuan dan nyonya-nyonya
yang hadir di sini,
setelah memahami sejarah,
saya betul tidak lagi merasa sepi.
Dan memang tidak relevan lagi bagi saya
untuk merasa sia-sia atau tidak sia-sia,
sebab jelaslah sudah kewajiban saya.
Ialah: hadir dan mengalir.

Tuan-tuan dan nyonya-nyonya,
terima kasih.

Bojong Gede, 5 Nopember 1990

Saija Adinda Lebak

Waktu saya Sekolah di SMAN 1 Rangkasbitung, ada suatu momen yang setiap tahun selalu diadakan oleh sekolah saya yaitu seleksi kandidat pasangan calon Saija Adinda Lebak yang akan mewakili sekolah saya ke tingkat kabupaten.
Pasangan Saija Adinda ini nantinya akan menjadi duta pariwisata Kab. Lebak yang akan mempromosikan kebudayaan dan pariwisata di Kab. Lebak ke dunia luar.
Peserta yang mengikuti seleksi saija adinda ini berusia setara SMA sampai sekitar berusia 20 tahun. Boleh perwakilan sekolah atau juga mendaftar secara pribadi.

Siapa sih Saija dan Adinda?? Mengapa dijadikan sosok yang disorot pentinga bagi Kab.Lebak?
Max Havelaar atau yang disebut dengan Multatuli menerangkan kisah Saija dan Adinda ini dalam bukunya yang berjudul Max Havelaar.
Dia menuliskan kisah Saijah dan Adinda, salah satu bab yang membuka mata Eropa tahun 1860 betapa buruk sistem kolonial dan kemiskinan di Banten.

Periode tanam paksa yang digulirkan sejak tahun 1830 mencekik rakyat Banten. Penderitaan rakyat Banten ditambah polah adipati Lebak dan Demang Parangkujang yang sungguh memuakkan. Petani dibebani pajak tinggi. Mereka juga merampas ternak dan hasil bumi milik rakyat seenaknya. Para penguasa yang membuat hukum berdasarkan aturan mereka sendiri.

Para birokrat pribumi, adalah kuku kekuasaan kolonial di Banten. Lewat para penguasa pribumi pemerintah Belanda menjalankan kekuasaan mereka di tanah jajahan.

Eduard Douwes Dekker membuka kisah itu dengan menggambarkan penderitaan petani Banten. Tentang Saijah kecil yang menyayangi kerbau miliknya seperti sahabat sendiri. Sayangnya kebahagiaan itu tak lama.

Berkali-kali kerbau milik Saijah diambil paksa oleh Begundal-begundal suruhan Bupati Lebak dan Demang Parungkujang, yang masih kemenakan bupati. Tak ada rakyat yang berani melawan. Para jawara ini ditakuti seluruh rakyat. Siapa yang berani melawan ketajaman golok mereka.

Pemerasan ini terjadi terus dan terus. Hingga akhirnya Ayah Saijah tak punya apa-apa lagi. Semua harta kekayaannya habis diperas oleh Demang Parangkujang.

Ibu Saijah terpukul atas perlakuan semena-mena ini. Dia sakit lalu meninggal. Sepeninggalan istrinya, ayah Saijah pun stres. Dia lari dari kampung. Tak kuasa membayangkan betapa menakutkan kemarahan sang Demang jika dirinya tak bisa membayar pajak. Ayah Saijah tak pernah kembali.

Dalam kesedihan, Saijah tumbuh menjadi seorang pemuda. Dia menjalin kasih dengan Adinda, sahabatnya sejak kecil.

Saijah lalu pergi ke Batavia, menjadi pengurus kuda dan pelayan pada seorang Belanda. Dia mengumpulkan uang untuk kelak melamar Adinda.

Setelah bertahun-tahun Saijah kembali ke kampungnya. Namun bukan cinta, tetapi kekecewaan yang menunggunya. Saijah mendapati Adinda dan ayahnya sudah tak ada di kampung itu. Ayah dan anak itu lari karena tak bisa membayar pajak dari penguasa.

Kabar beredar, Adinda dan ayahnya bergabung untuk melawan tentara Belanda di Lampung. Saijah mencoba pun menapaki jejak mereka. Diseberanginya lautan, namun pencarian ternyata berbuah pahit.

Dalam sebuah pertempuran dia menemukan Adinda sudah meninggal. Tubuhnya penuh luka dan diperkosa tentara Belanda.

Melihat itu, Saijah mengamuk. Pemuda putus asa ini berlari ke arah sekumpulan tentara Belanda yang menghunus bayonet. Dia menghujamkan tubuhnya pada bayonet serdadu yang tajam.

Adinda dan Saijah tewas. Cinta mereka yang dulu pernah diikrarkan tak pernah bersatu. Keduanya rakyat miskin korban kolonialisme bangsa asing dan keserakahan pejabat dari bangsa mereka sendiri.

Kisah ini menjadi bacaan wajib untuk anak sekolah di Eropa. Mengingatkan manusia agar tak semena-mena pada sesama. Bahwa penindasan hanya akan membuahkan perlawanan.

Sayangnya pejabat Banten rupanya justru meniru polah Demang Parangkujang.

Begitulah kisah Saija dan Adinda yang sekarang dijadikan ikon duta kebudayaan dan pariwisata Kab. Lebak.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj2v_BV9_r-CZ_Re3zq9ydXqtqs1iU5DrXLg3uVJbFTlAHHrKZS0MreDUJPRKrzuubzojUwAdCLGUD_fnP9YG2kbQ0f0rzW0ya4aIXiZVpI97EKTdtmhZj8aWBT6wutkipu-lCPC8giMMcf/s1600/111_4980.JPG
Demi Orang-orang Rangkasbitung Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, Salam sejahtera! Nama saya Multatuli Datang dari masa lalu. Dahulu abdi Kerajaan Belanda, ditugaskan di Rangkasbitung, ibukota Lebak saat itu. Satu pengalaman penuh ujian. Rakyat ditindas oleh bupadi mereka sendiri. Petani hanya bisa berkeringat, tidak bisa tertawa, dan hak pribadi diperkosa. Demi kepentingan penjajahan, Kerajaan Belanda bersekutu dengan kejahatan ini. Sia-sia saya mencegahnya. Kalah dan tidak berdaya. Saya telah menyaksikan bagaimana keadilan telah dikalahkan oleh para penguasa dengan gaya yang anggun dan sikap yang gagah. Tanpa ada ungkapan kekejaman di wajah mereka. Dengan bahasa yang rapi mereka keluarkan keputusan-keputusan yang tidak adil terhadap rakyat. Serta dengan budi bahasa yang halus mereka saling membagi keuntungan yang mereka dapat dari rakyat yang kehilangan tanah dan ternaknya. Ya, semuanya dilakukan sebagai suatu kewajaran. Dan bangsa kami di negeri Belanda pada hari Minggu berpakaian rapi, berdoa dengan tekun. Sesudah itu bersantap bersama, menghayati gaya peradaban tinggi, bersama sanak keluarga, menghindari perkataan kotor, dan selalu berbicara dalam tata bahasa yang patut, sambil membanggakan keuntungan besar di dalam perdagangan kopi, sebagai hasil yang efisien dari tanam paksa di tanah jajahan. Dengan perasaan mulia dan bangga kami berbicara tentang suksesnya penaklukan dan penjajahan. Ya, begitulah. Kami selalu mencuci tangan sebelum makan dan kami meletakkan serbet di pangkuan kami. Dengan kemuliaan yang sama pula ketika kami memerintahkan para marsose agar membantai orang-orang Maluku dan orang-orang Java yang mencoba mempertahankan kedaulatan mereka! Ya, kami adalah bangsa yang tidak pernah lupa mencuci tangan. Kita bisa menjadi sangat lelah apabila merenungkan gambaran kemanusiaan dewasa ini. Orang Belanda dahulu juga mempunyai keluh kesah yang sama apabila berbicara tentang keadaan mereka di zaman penjajahan oleh Spanyol. Mereka memberi nama yang buruk kepada Pangeran Alba yang sangat menindas. Tetapi sekarang pakah mereka lebih baik dari Pangeran yang jahat itu? Tentu tidak hanya saya yang merasa gelisah terhadap dawat hitam yang menodai iman kita. Pikiran yang lurus menjadi bercela karena tidak pernah bisa tuntas dalam menangani keadilan. Sementara waktu terus berjalan dan terus memperlihatkan keluasan keadaannya. Kita tidak bisa seimbang dalam menciptakan keluasan ruang di dalam pemikiran kita. Memang kita telah bisa berpikir lebih canggih dan kompleks, tetapi belum bisa lebih bebas tanpa sekat-sekat dibanding dengan keluasan waktu. Bagaimana keadilan bisa ditangani dengan pikiran yang selalu tersekat-sekat? Ya, saya rasa kita memang lelah. Tetapi kita tidak boleh berhenti di sini. Bukankah keadaan keadilan di sini belum lebih baik dari zaman penjajahan? Dahulu rakyat Rangkasbitung tidak mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan kepentingan dengan Adipati Lebak. Sekarang apakah rakyat kecil sudah mempunyai hak hukum apabila mereka berhadapan kepentingan dengan Adipati-adipati masa kini? Dahulu Adipati Lebak bisa lolos dari hukum. Sekarang Adipati-adipati yang kejam dan serakah apakah sudah bisa dituntut oleh hukum? Bukankah kemerdekaan yang sempurna itu adalah kemerdekaan negara dan bangsa? Negara anda sudah merdeka. Tetapi apakah bangsa anda juga sudah merdeka? Apakah bangsa tanpa hak hukum bisa disebut bangsa merdeka? Para pemimpin negara-negara maju bisa menitikkan air mata apabila mereka berbicara tentang democratie kepada para putranya. Tetapi dari kolam renang dengan sangat santai dan penuh kewajaran mereka mengangkat telefoon untuk memberikan dukungan kepada para tiran dari negara lain demi keuntungan-keuntungan materi bangsa mereka sendiri. Oh! Ya, Tuhan! Saya mengatakan semua ini sambil merasakan rasa lemas yang menghinggapi seluruh tubuh saya. Saya mencoba tetap bisa berdiri meskipun rasanya tulang-tulang sudah hilang dari tubuh saya. Saya sedang melawan perasaan sia-sia. Saya melihat negara-negara maju memberikan bantuan ekonomi. Dan sebagai hasilnya banyak rakyat dari dunia berkembang kehilangan tanah mereka, supaya orang kaya bisa main golf, atau supaya ada bendungan yang memberikan sumber tenaga listrik bagi industri dengan modal asing. Dan para rakyat yang malang itu, ya Tuhan, mendapat ganti rugi untuk setiap satu meter persegi dari tanahnya dengan uang yang sama nilainya dengan satu pak sigaret bikinan Amerika. Barangkali kehadiran saya sekarang mulai tidak mengenakkan suasana? Keadaan ini dulu sudah saya alami. Apakah orang seperti saya harus dilanda oleh sejarah? Tetapi ingat: sementara sejarah selalu melahirkan masalah ketidakadilan, tetapi ia juga selalu melahirkan orang seperti saya. Menyadari hal ini tidak lagi saya merasa sia-sia atau tidak sia-sia. Tuan-tuan, para penguasa di dunia, kita sama-sama memahami sejarah. Senang atau tidak senang ternyata tuan-tuan tidak bisa meniadakan saya. Nama saya Multatuli saya bukan buku yang bisa dilarang dan dibakar. Juga bukan benteng yang bisa dihancurleburkan. Saya Multatuli: sebagian dari nurani tuan-tuan sendiri. Oleh karena itu saya tidak bisa disamaratakan dengan tanah. Tuan-tuan, para penguasa di dunia, apabila ada keadaan yang celaka, apakah perlu ditambah celaka lagi? Pada intinya inilah pertanyaan sejarah kepada anda semua. Tuan-tuan dan nyonya-nyonya yang hadir di sini, setelah memahami sejarah, saya betul tidak lagi merasa sepi. Dan memang tidak relevan lagi bagi saya untuk merasa sia-sia atau tidak sia-sia, sebab jelaslah sudah kewajiban saya. Ialah: hadir dan mengalir. Tuan-tuan dan nyonya-nyonya, terima kasih. Bojong Gede, 5 Nopember 1990

Copy and WIN : http://bit.ly/copy_win

Multatuli di Rangkasbitung, Lebak, Banten

RANGKASBITUNG – Hari itu, 22 Januari 1857, langit Rangkasbitung dihiasi awan putih bersemu kelabu ketika seorang Belanda yang ditugaskan sebagai Asisten Residen di Kabupaten Lebak berpidato. Puluhan orang berbaju rapih, duduk berjajar teratur menghadap sang Asisten Residen yang baru dilantik itu. Suasana takzim terpancar dari roman muka hadirin, terlebih dari sinar mata Asisten Residen yang memulai pidatonya.
”Tapi saya lihat, bahwa rakyat tuan-tuan  miskin, dan itulah yang ”menggembirakan” hati saya…. Katakan kepada saya, bukankah si petani miskin? Bukankah padi menguning seringkali untuk memberi makan orang yang tidak menanamnya? Bukankah banyak kekeliruan di negeri tuan?”
Demikianlah tukilan pidato Eduard Douwes Dekker alias Multatuli alias Max Havelaar di hadapan para petinggi Kabupaten Lebak. Pidato yang kritis itu dilakukan di serambi kantor di Rangkasbitung, sehari setelah pengangkatannya sebagai Asisten Residen Lebak.
Pernyataan kegembiraan Douwes Dekker mengenai banyaknya rakyat miskin di Kabupaten Lebak bermakna sebagai sindiran halus, bagi para petinggi di Rangkasbitung. Melalui sindiran itu, dia berharap terjadi perubahan kinerja di kalangan pemerintahan di Rangkasbitung, yang saat itu terkenal korup.
Bupati Lebak yang pada saat itu menurut sistem kolonial Hindia Belanda diangkat menjadi kepala pemerintahan bumiputra dengan sistem hak waris telah memegang kekuasaan selama 30 tahun, ternyata dalam keadaaan kesulitan keuangan yang cukup parah lantaran pengeluaran rumah tangganya lebih besar dari penghasilan yang diperoleh dari jabatannya. Dengan demikian, bupati Lebak hanya bisa mengandalkan pemasukan dari kerja rodi yang diwajibkan kepada penduduk distriknya berdasarkan kebiasaan.
Edwuard Douwes Dekker menemukan fakta bahwa kerja rodi yang dibebankan pada rakyat distrik telah melampaui batas bahkan menjumpai praktik-praktik pemerasan yang dilakukan oleh Bupati Lebak dan para pejabatnya dengan meminta hasil bumi dan ternak kepada rakyatnya. Kalaupun membelinya, itupun dengan harga yang terlalu murah.
Belum saja satu bulan Eduard Douwes Dekker ditempatkan di Lebak, dia menulis surat kepada atasannya, residen C.P. Brest van Kempen dengan penuh emosi atas kejadian-kejadian di wilayahnya. Eduard meminta agar bupati dan putra-putranya ditahan serta situasi yang tidak beres tersebut diselidiki. Dengan adanya desakan dari Eduard tersebut, timbullah desas-desus bahwa pejabat sebelumnya yang digantikannya meninggal karena diracun. Hal ini membuat Eduard merasa dirinya dan keluarganya terancam. Sebab lainnya adalah adanya berita kunjungan bupati Cianjur ke Lebak, yang ternyata masih keponakan bupati Lebak, yang kemudian membuat Eduard mengambil kesimpulan akan menimbulkan banyak pemerasan kepada rakyat.

Tingginya pajak, panen yang selalu gagal, kesenjangan ekonomi-sosial yang lebar dan menurunnya produksi ternak, menjadi sebuah keniscayaan yang tak terelakkan bagi penduduk Rangkasbitung, dan Lebak pada umumnya. Korupsi besar-besaran di kalangan pejabat pemerintahan kala itu, pun semakin menurunkan standar hidup penduduk. Situasi ini  juga dialami di hampir seluruh daerah di Banten. Sehingga, pada masa selanjutnya, beberapa faktor pemiskinan tersebut, menjadi pemicu gerakan perlawanan terhadap pemerintahan kolonial.
Begitulah kondisi umum Kabupaten Lebak di zaman kolonial, yang digambarkan secara gamblang oleh Douwes Dekker dalam novelnya ”Max Havelaar atau Lelang Kopi Persekutuan Dagang Belanda”. Benar, Douwes Dekker tak pernah berhasil mengangkat taraf hidup penduduk Lebak lebih baik; alih-alih, melalui sebuah konspirasi rivalnya, ia difitnah dan berhasil dicampakkan dari jabatannya sebagai Asisten Residen. Namun demikian, kendati dia seorang pegawai kolonial, semangatnya untuk melakukan perubahan dan meningkatkan taraf hidup penduduk Lebak, menjadi contoh yang patut ditiru.
Rangkasbitung dan Revolusi Indonesia
Kemiskinan telah menjadi keseharian penduduk Lebak. Dan dampaknya dari faktor itu pula, sifat radikalisme terbangunkan. Sejak pemberontakan komunis 1926, Rangkasbitung sebagai ibukota Lebak, menjadi kota terpenting kedua di Banten setelah Serang. Kota ini selalu dijadikan basis pergerakan politik para tokoh revolusioner Banten.
Pada Juni 1945 misalnya, menjelang menyerahnya Jepang, beberpa pemuda Banten yang tergabung dalam Badan Pembantu Keluarga Peta (BPP) dan beberapa unsur pemuda lainnya, mengadakan sebuah pertemuan rahasia di kediaman Tachril, di Rangkasbitung. Pertemuan yang disponsori oleh BPP itu, dilakukan untuk membicarakan kemungkinan kemerdekaan Indonesia pasca menyerahnya Jepang dan memilih wakil Banten untuk menghadiri konferensi pemuda di Jakarta pada 9 Agustus 1945.
BPP adalah sebuah organisasi sosial yang memberikan bantuan kepada keluarga dari prajurit-prajurit Peta dan Heiho yang sudah meninggal. Organisasi ini menerbitkan dua kali sebulan majalahnya, dengan nama Pradjurit. Majalah ini dipimpin oleh Oto Iskandardinata dan Sjamsudin Sutan Makmur (Nugroho Notosusanto: 1979).
Dalam pertemuan Rangkasbitung itu, hadir pula Tan Malaka, tokoh pergerakan yang ketika berada di Banten mengubah namanya menjadi Ilyas Husein. Sebagian besar pemuda yang hadir dalam pertemuan, menyatakan akan memutuskan setiap hubungan kerjasama dengan Jepang dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Sebagian kecil lainnya berpendapat, masih perlu menjalin kerjasama dengan Jepang untuk mencapai kemerdekaan Indonesia.
Di tengah hiruk pikuk perdebatan, Tan Malaka mengemukakan pendapatnya, supaya perbedaan taktis itu hendaknya diselesaikan di konferensi Jakarta saja. Kemudian Tan Malaka menambahkan, bahwa perlu dibentuk sebuah organisasi sendiri dengan pemimpinnya sendiri yang sama sekali tak berhubungan dengan Jepang. Akhirnya pertemuan diakhiri dengan memilih Tan Malaka sebagai wakil Banten. Selain itu, terpilih juga enam orang radikal lainnya, Tje Mamat adalah salah satunya.
Pertemuan Rangkasbitung tersebut jarang disebut, dalam sejarah Indonesia, kecuali dicatat dalam laporan Tan Malaka, yang kemudian dikutip oleh Harry A. Poeze dalam bukunya ”Pergulatan Menuju Republik: Tan Malaka 1925-1945”. Pertemuan Rangkasbitung itu, diyakini menjadi tonggak awal beberapa peristiwa  lain yang mewarnai kondisi politik Banten selama periode awal revolusi.
Dewan Perwakilan dan Terbunuhnya Bupati R.T. Hardiwinangun
Hubungan tokoh-tokoh revolusioner di Banten dengan Tan Malaka pada periode Jepang hingga masa awal kemerdekaan Indonesia, terjalin dengan dekat. Tokoh besar yang riwayatnya diselubungi misteri itu berhasil menanamkan pengaruh kuat dikalangan tokoh-tokoh tersebut. Didirikannya Dewan Rakyat oleh Tje Mamat diyakini, oleh karena anjuran Tan Malaka kepada segenap eksponen perjuangan di Banten, untuk mendirikan sebuah organisasi yang bertujuan demi kemerdekaan rakyat semata.
Kekacauan politik dan kekosongan pemerintahan, menyebabkan munculnya tindakan-tindakan beberapa kelompok politik, khususnya veteran pemberontakan 1926, untuk membalaskan dendam mereka kepada pejabat pemerintah, polisi dan orang-orang  Belanda. Suasana revolusi yang euforistik mendorong kaum ulama mengambil alih kepemimpinan. Atas dasar itulah K.H. Achmad Chatib diangkat sebagai residen Banten. Kendati demikian, pemerintahan yang baru itu tak dapat segera mengendalikan keadaan. Pembunuhan tetap terjadi dimana-mana.
Di pihak lain, Tje Mamat dengan Dewan Perwakilan Rakyatnya semakin leluasa bergerak, bahkan dalam level tertentu mereka menjelma, menjadi penguasa Banten yang sesungguhnya. Tujuan mereka hanyalah satu: mencapai kemerdekaan rakyat Indonesia yang hakiki. Hubungan Dewan Rakyat dengan Pemerintahan Pusat RI di Jakarta yang renggang, membuat gusar Presiden Soekarno. Beberapa media massa di Jakarta memberitakan bahwa Banten, dibawah kendali Dewan Rakyat akan memisahkan diri dari Republik. Aksi bersenjata untuk membubarkan Dewan Rakyat pun dilakukan oleh TKR, Namun hal  itu tak semudah yang diperkirakan pemerintah Jakarta. Dewan Rakyat tetap berkuasa.
Hingga akhirnya, Presiden Soekarno disertai Wakil Presiden Mohammad Hatta dan Jaksa Agung Mr. Kasman Singodimedjo, mengunjungi Serang dan Rangkasbitung pada tanggal 9-12 Desember 1945. Dalam pidatonya di Rangkasbitung, Bung Karno mengatakan, bahwa kedaulatan rakyat jangan ditafsirkan secara harfiah. Adalah penting untuk menjaga persatuan nasional dalam bingkai Negara Republik Indonesia. Bung Hatta yang terkenal pendiam pun turut bicara, ia mengatakan, bahwa Dewan Rakyat tak berguna dan harus dibubarkan.
Ketika Bung Karno dan Bung Hatta berada di Rangkasbitung, beberapa anggota Dewan Rakyat menculik dan membunuh Bupati Lebak R.T. Hardiwinangun di daerah Cisiih. Para penculik datang kepadanya dengan mengaku sebagai utusan Presiden Soekarno. Peristiwa pembunuhan itu tidak lain bertujuan untuk menunjukkan kepada Presiden Soekarno, bahwa Dewan Rakyat tidak main-main dengan tujuannya. Tetapi pada akhirnya Dewan Rakyat dibubarkan, dan para pembunuh Bupati R.T. Hardiwinangun berhasil ditangkap. Banten tetap menjadi bagian integral Republik Indonesia.
Setitik Rangkasbitung dalam Belanga Sejarah Indonesia
Seluruh rangkaian peristiwa tersebut, menunjukkan pergolakan sejarah yang pernah terjadi di Banten, khususnya di Rangkasbitung sebagai salah satu kotaterpenting dalam aktivitas politik di Banten. Rangkasbitung dengan segala kekurangan dan kelebihannya memiliki posisi yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Kendati hanya sebuah kota kecil, Rangkasbitung, atau Kabupaten Lebak dalam skala yang lebih luas, merupakan memorabilia perjuangan bangsa yang sudah selayaknya diperkenalkan ke segala penjuru Indonesia, bahkan dunia.
Oleh karena itu, penting bagi segenap komponen masyarakat di Kabupaten Lebak untuk bersama-sama mengambil hikmah dari sejarah dan mewarisi serta memaknai sifat radikalisme rakyat Banten dalam bingkai transformasi yang progresif. Penggalan kisah diatas, merupakan rekreasi ke masa lampau yang bertujuan merefleksikan kembali berbagai hal dimasa lalu, sehingga kita bersama dapat mengambil pelajaran serta melakukan kritik dan otokritik bagi diri kita, sebagai bagian dari sejarah Rangkasbitung.
Sejarah ibarat Kartu Tanda Penduduk (KTP). Tanpa KTP kita takkan memiliki identitas, yang tentu akan sangat merepotkan. Begitu pula sejarah, tanpa seorang individu atau sekelompok masyarakat, bagaikan kehilangan ingatan (amnesia) dan tak memiliki jati diri. Dan Rangkasbitung, adalah seumpama satu pilar penyanggga bangunan sejarah Indonesia. Menghilangkan peran Rangkasbitung dalam sejarah Indonesia, sama halnya dengan meruntuhkan bangunan sejarah itu sendiri.
Sejalan dengan semua itu, Rangkasbitung sebagai salah sebuah kota bersejarah, menyimpan berbagai memori penting dalam kaitannya dengan sejarah Indonesia. Sejak zaman kolonial hingga awal kemerdekaan, Rangkasbitung terkenal sebagai salah satu pusat radikalisme rakyat Banten. Selain beberapa peristiwa penting, juga banyak tokoh nasional yang dilahirkan atau mengawali karirnya di kota ini.
Bagi Benjamin Mangkoedilaga misalnya, mantan hakim agung yang terkenal karena keberaniannya memutus TEMPO tak bersalah dalam kasus pembredelan tahun 1994, Rangkasbitung adalah sebuah kota yang memberinya inspirasi. Dari kota ini pula ia memulai kesuksesannya sebagai hakim. Oleh karena itu, untuk mengenang kembali pergaulannya dengan Rangkasbitung, ia menulis sebuah buku dengan judul ”Dari Alun-alun Timur Rangkasbitung ke Medan Merdeka Utara”.
Wajar jika W.S. Rendra menciptakan sebuah puisi ”Doa Pemuda Rangkasbitung Rotterdam”, dan harapan ribuan warga lainnya: semoga tak ada lagi ketimpangan sosial-ekonomi yang mendera, tak ada lagi kemiskinan yang meililit dan tak ada lagi korupsi yang merajalela.a


 Source :
 http://inspektorat.lebakkab.go.id/2014/04/sejarah-lahirnya-kota-rangkasbitung-lebak-banten/
http://id.wikipedia.org/wiki/Eduard_Douwes_Dekker#Pindah_ke_Lebak 

Siapa yang Peduli Rumah Multatuli di Rangkasbitung ??


RUMAH itu berdiri agak tersembunyi di balik bangunan baru Rumah Sakit Umum Dr Adjidarmo, Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten. Rerumputan tumbuh liar di halaman.  Lantai berdebu, kaca nako merosot hampir lepas dari jepit penyangganya, meja-kursi yang tergeletak tak beraturan menambah kusam penampilan rumah. Rumah itu pun lebih menyerupai kantor yang lama tak digunakan ketimbang bekas kediaman asisten residen yang namanya terkenal ke seantero jagat: Eduard Douwes Dekker alias Multatuli.
Kecuali sebidang tembok tua selebar kira-kira enam meter setinggi lima meter yang masih berdiri tegak ditambah batu bata merah berukuran 30 x 8 sentimeter menyembul pada pelur geligir atas yang rompal, tak lagi tanda-tanda guratan kisah masa lalu pada rumah itu. Genteng, tegel, kaca, kusen, daun pintu dan jendela bukan datang dari zaman saat Bupati Raden Adipati Karta Natanagara berkuasa di Lebak. Paling lama berusia setengah abad. “Kemungkinan besar bangunan asli sudah tak ada lagi,” kata Bambang Eryudhawan, arsitek dari Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia.
Eduard Douwes Dekker, bekas penghuni rumah itu, diangkat sebagai asisten residen Lebak pada 4 Januari 1856. Pemuda Belanda berusia 35 tahun itu mulai bertugas di Lebak sejak 22 Januari 1856 dan berhenti dua bulan setengah kemudian. Fisik bangunan rumah yang ditempatinya diyakini sudah punah, apalagi jika rumah yang pernah ditempati Dekker itu terbuat dari kayu.
“Ada informasi kalau dulu rumahnya panggung dan dibuat dari kayu. Cukup sulit merekonstruksi bangunannya, kecuali membongkar rumah dan melihat pondasinya. Itu pun masih diragukan. Tapi kami siap membantu merealisasikan gagasan pembangunan rumah Multatuli itu,” ujar Eryudhawan.
Pemerintah Daerah Lebak telah mengizinkan rencana rekonstruksi ulang rumah Multatuli. Wakil Bupati Lebak Amir Hamzah mengatakan pemerintah Lebak menyambut baik upaya pihak Pusat Dokumentasi Arsitektur Indonesia dan pemerintah Belanda yang berencana merekonstruksi rumah Multatuli. Namun demikian Amir mengatakan Pemda Lebak belum bisa turut mendukung pendanaan pembangunan ulang rumah bersejarah itu.
“Kami mendukung upaya pembangunan kembali rumah Multatuli, tapi kami belum bisa mendukung pendanaannya karena prioritas anggaran dana belum ada untuk kegiatan itu, kami menunggu kepastian dari pihak Pemerintah Belanda,” kata Amir.
Diskusi pembangunan ulang rumah Multatuli di Lebak memang telah lama berlangsung dan melibatkan beberapa pihak, termasuk Kedutaan Besar Belanda di Jakarta. Pada 2006 lampau Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Maria JA van der Hoeven yang mengunjungi situs rumah Mutatuli di Rangkasbitung berjanji akan mendukung pendanaan pembangunan memorial di atas rumah tersebut.
Sementara itu Kepala Bagian Pers dan Kebudayaan Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Jakarta Paul Peters mengatakan pemerintah Belanda mendukung upaya pembangunan setelah ada hasil riset dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Provinsi Banten di Serang. Hasil riset itu untuk menguatkan fakta sejarah bahwa di situs itu pernah berdiri rumah yang pernah ditempati oleh Douwes Dekker alias Multatuli.
“Pemerintah Belanda akan mendukung usaha pembangunan memorial Multatuli di Rangkasbitung. Tapi setelah BP3 mengeluarkan hasil risetnya. Dan kami sedang menunggu itu, ” kata Paul Peters.
Kepala BP3 Banten Imam Sunaryo melalui telepon mengatakan penelitian terhadap situs tersebut sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu. Penggalian untuk mengetahui pondasi awal rumah pun telah dilakukan oleh peneliti BP3.
“Kami sudah melakukan penelitian dan beberapa bulan lalu pernah mengunjungi situs itu. Lokasinya memang kurang bagus karena terletak di belakang gedung baru rumah sakit, dan kondisi situs rumah Multatuli itu pun memprihatinkan karena digunakan jadi gudang,” kata Imam. 
Berdasarkan pengamatan majalah-historia.com di situs rumah Multatuli di Rangkasbitung pekan lalu, belum terlihat kegiatan apa pun di sana. Keramaian hanya terjadi di gedung baru Rumah Sakit Umum dr.Adjidarmo. Sementara, bangunan rumah yang bersejarah itu hanya teronggok bak serpihan masa lalu yang tertinggal di zaman modern yang hiruk pikuk ini.

Source : http://historia.co.id/?d=928

Sudahkah Kamu Bersyukur Hari Ini?


 
Hari Jumat pagi, seperti biasa pengajian rutin di sekolah. Mengaji surah Yaasin, dan pemberian tausiyah.

Pematerinya juga dari guru Agamaku, namanya Bapak Ahmad Midyaudin,S.Ag.
Saat itu beliau memberikan ceramah yang sungguh memukau, sebenarnya bukan sekedar ceramah, tapi lebih ke bercerita tentang mimpinya semalam. Ceritanya seperti ini.

Semalam saya bermimpi, bertemu dengan seorang sosok yang luar biasa, dia sungguh gagah, rapih, tampan. Yaa, dia adalah malaikat. Malaikat itu membawa saya ke surga. Tempatnya sungguh mempesona, jalan yang indah dengan bunga-bunga rindang di sampingnya, harum merekah dimana-mana, tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Subhanallah... Dan ketika sampai di dalamnya, suasananya melebihi yang dilihat tadi. Saya bingung, sebenarnya malaikat ini ada maksud apa membawa saya ke sini? Dia akhirnya membawa saya berkeliling di surga. Sampai tiba di suatu tempat ruangan yang besar, penuh dengan malaikat-malaikat yang sibuk bekerja, penuh dengan berkas-berkas yang banyak dan menumpuk dimana-mana.
"Ruangan apa ini malaikat?" Saya bertanya.
"Ini adalah ruangan dimana para malaikat mencatat semua permohonan-permohonan, doa-doa, dan permintaan semua manusia di dunia." Malaikat menjawab.
"Wah, berarti permintaan manusia di dunia banyak sekali yah?"
"Yah, lihatlah saja. Malaikatnya begitu sibuk sekali."

Pergi dari ruangan pertama, malaikat itu membawa saya ke ruangan selanjutnya. Di ruangan ini pun hampir sama dengan di ruangan pertama. Malaikat sibuk sekali, terdapat paket dimana-mana.
"Malaikat, ini ruangan apa lagi?" Saya bertanya.
"Ini adalah ruangan dimana permohonan, doa dan permintaan manusia di dunia akan dikabulkan, sesuai dengan perintah Allah SWT. Ada paket yang dikirim dan langsung dikabulkan ke dunia, ada juga paket yang sudah dipersiapkan untuk diakherat." Malaikat itu menjawab lagi.
"Allah sungguh pemurah lagi maha penyanyang." Saya menjawab.

Perjalanan di ruangan kedua berakhir. Malaikat itu pun membawa saya lagi menuju keruangan ke tiga. Tapi, ruangan ini beda sekali, ruangannya sempit, hanya ada satu malaikat yang bertugas, dan tidak sesibuk di ruangan pertama dan kedua. 
"Malaikat, ini ruangan apa? ko beda sekali dengan ruangan pertama dan kedua?" Saya bertanya kebingungan.
"Ini adalah ruangan dimana segala ucapan syukur dari manusia di dunia dicatat. Di ruangan ini adalah tempat untuk menampung segala rasa syukur dari manusia di dunia yang sudah dikabulkan doa dan permintaannya oleh Allah SWT. Tapi sayangnya, ruangan ini seperti tidak berfungsi lagi. Hanya ada satu malaikat yang menjaga dan hampir tidak bekerja. Manusia di dunia jarang sekali bersyukur atas apa yang dia peroleh. Untuk sekedar mengucap Hamdallah pun sepertinya lupa. Betapa pemurahnya Allah SWT, tapi manusia seakan lupa akan hal itu." Malaikat memnjelaskan panjang lebar.
Saya tidak bisa berkata apa-apa. Memang benar apa yang dikatakan malaikat ini, manusia sepertinya lupa untuk bersyukur atas apa yang mereka dapat. 

Mimpi di atas mengajarkan kita, betapa kita harus sadar untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Minimal mengucap Hamdallah. Alhamdulillahhirabbil'alamiin.

Sudahkah kamu bersyukur hari ini?? :)

-Ana Samrotul-